Benarkah Setiap Leader Membutuhkan Coach?

Benarkah Setiap Leader Membutuhkan Coach?

Benarkah Setiap Leader Membutuhkan Coach?

“Setiap leader membutuhkan coach,” ungkap Gunawan Susanto, Presiden Direktur IBM Indonesia, di kesempatan talk show Halal Bihalal yang bertemakan “Developing New Leaders through Coaching” bersama Coaching Indonesia Academy 23 Juli 2016 yang lalu.

Gunawan sendiri merasakan program development yang tertata sejak Management Trainee hingga menjadi Presiden Direktur termuda di perusahaan tersebut. Di posisi puncak ini pun ia mengakui masih memiliki coach dan mentor yang membantu dirinya bertukar pikiran dalam mengembangkan organisasi.

Coaching dan mentoring yang sudah membudaya di organisasi diyakini mampu mempercepat lahirnya talent baru untuk mengimbangi pertumbuhan pasar.

“Fokus kami pada SDM di level above average. Mereka inilah yang paling membutuhkan coaching dan mentoring dengan cara yang fun dan kreatif,” tambahnya sambil menggarisbawahi kemunculan talent dari generasi Millenial yang dikenal punya banyak ide.

Sementara Dina Sitopu, pembicara lain dari Mars Indonesia, menekankan perlunya design development yang komprehensif, terstruktur dan terukur dalam pengembangan leadership seseorang.

Di posisinya sebagai HR Director, Dina bertanggung jawab menyiapkan leader berkualitas yang mampu berprestasi hingga ke tingkat global.

Keduanya sepakat tentang perlunya pemetaan talent hingga beberapa layer di organisasi untuk keperluan succession planning.

“Ready now, ready future, dan ready later bisa menjadi gambaran posisi seseorang di tangga pengembangan organisasi, “ jelas Dina dalam kaitannya dengan pemetaan talent.

Coaching tidak bisa lagi ditempatkan terpisah di proses pengembangan individu. “Terus terang wajah leadership mengalami perubahan di 10 tahun terakhir ini, “ ujar Al Falaq Arsendatama, Direktur Coaching Indonesia yang juga turut serta di talk show ini.

Leader masa kini disiapkan untuk menghadapi tantangan organisasi dan bisnis yang serba fluktuatif, tidak pasti, kompleks dan terkadang ambigu. Ia mendeskripsikan konsep VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambigu), sebuah situasi yang berubah-ubah dan sulit diprediksi, yang saat ini lazim digunakan di dunia manajemen dan leadership.

”Pemimpin tidak hanya dikembangkan untuk menguasai kompetensi, tapi juga cara berpikir multidimensi dan kreatif, “ ungkapnya. Ia lantas memberi contoh fenomena perkembangan bisnis digital yang mengobrak-abrik paradigma lama dalam mengakuisisi pelanggan.

Ketiga pembicara menaruh harapan besar pada generasi Millenial untuk mengambil tongkat estafet kepemimpinan di masa depan. Mereka percaya generasi ini membutuhkan lebih dari sekedar pemimpin tunggal yang berkarisma seperti masa lalu.

Leader yang juga menguasai coaching akan mampu memprovokasi pemikiran kreatif dari calon-calon pemimpin masa depan di negara ini. Kekuatan dan potensi mereka akan keluar secara maksimal dengan pendekatan coaching ini.